Tentang keberadaan angka 0 kerap kali disamakan dengan ketiadaan. Padahal, pencatatannya menandakan adanya identitas itu sendiri. Maka kosong adalah isi. Sedangkan nilai 0 itu sendiri, walau ada identitas tetap dinyatakan tidak bernilai atau kosong. Maka kosong adalah isi. 0 sering dipandang sebagai dasar awal, sebelum munculnya satu. Seperti bilangan biner, yang pilihannya adalah ada dan ada-ada.
Hidup-pun saya rasa begitu. Setiap orang berhak mendefinisikan nilai 0 nya masing - masing. Bahwasannya keberadaan ini menjadi identitas awal, kompas moral, berahi hidup, takdir, atau apalah mau kau sebut namanya. Yang jelas, 0 dalam diri masing - masing ini menjadi titik terendah penilaian atas apa yang kita nilai dalam hidup. Dan definisi ini sepanjang hayat akan naik turun mengikuti apa apa yang telah dilalui empunya nya.
Pandangan saya kini telah rabun. Bersebab, terakhir kali menengok 0, ia telah berubah nilai. Mungkin jadi -1, -2, atau -5. Entah apa yang terjadi. tetapi apa yang saya rasakan akhir - akhir ini nampak membabakbelurkan 0 yang terpaksanya ia berubah.
Saya percaya bahwa 0 yang saya buat sebelumnya, adalah 0 paling bijaksana yang pernah ada hingga umur saat ini. Tapi ternyata tetep koyak dimakan sakit hati.
Entah, saya cuma mau nulis apa yang dirasa. Sudah terlalu sering saya menyusahkan sahabat2 saya dengan emosi yang meluap2. Tak perlu mereka merasakan sampah emosi saya yang kian tak terbendung. Mungkin solusinya ada di manajemen emosi. Dan sampai itu belum terbentuk, saya tak mau mengganggu mereka2 yang telah berbaik hati mengusahakan untuk bersahabat dengan saya.
Sekarang saya paham, maksud tidak tervalidasinya perasaan. Dia ngeganjel dan tak kunjung membaur dengan waktu. Ga bisa memproses emosi itu rasanya bodoh. Sebab mau tidak dirasa, tetap ada. Dibiarkan malah jadi penyakit.
Entah ya. Ada sakit hati yang membuat saya merasa kecil dimuka bumi ini. Perasaan lama bahwa menjadi kecil, sendiri dan dingin adalah takdir saya yang tanpa dikejar, akan kembali menghampiri. Rasanya berat untuk menjadi positif untuk sepersekian detik soal hidup. Kadang kalau dipikir, lebih sedih lagi bahwa yang paling dekat pun tak akan menyembuhkan ini. Entah, mungkin saya bergitu mengasihani diri. Atau terlalu lemah. Yang jelas, sampai saat ini saya yang dulu sudah tak ada. Yang ada sekarang adalah saya yang bukan 0 dan akan menjadi 0 dan tak kembali menemui angka sesudahnya.