Pada musim dingin 208 sebelum masehi, tepatnya di tepi selatan Sungai Yang Tze, terjadi ketegangan yang mencekam. Komandan perang yang disinyalir akan menang mutlak, Cao Cao, sedang memantau 800.000 pasukan dengan perahu besar dan modern. Lawannya, adalah dua persekutuan antara Liu Bei dan Zhou Yu yang hanya memiliki 50.000 pasukan. Persaingan yang telak kalah jumlah, modal, posisi dan kemampuan pasukan perang. Tapi keahlian sang Menteri Militer persekutuan yang biasa dipanggil Kong Ming berhasil merubah cerita.
Di lain sisi, Baygon sebagai produsen semprotan anti nyamuk sedang dalam fase turun pendapatan. Adanya kompetitor baru yang canggih bikin pusing bagian product development. Bagian marketing, analis dan divisi lainnya menyatakan habis ide untuk rencana mengangkat sales ke depannya. Lalu salah satu bagian riset produk datang dengan masalah ga penting yang menyelamatkan perusahaan dari kemerosotan penjualan.
Epiktetus, Seneca dan Marcus Aurelius melalui pemikirannya, menyatakan bahwa menghawatirkan yang belum terjadi dan menyesali yang lewat hanya akan mempersulit hidup. Ide ini disepakati oleh Ki Ageng Suryomentaram dalam ajaran Kawruh Jiwa yang mengatakan bahwa dengan menjadi ada di sini dan sekarang adalah salah satu resep ketenangan. Menurutnya, bahwa dalam hidup tidak ada yang abadi kecuali siklus itu sendiri. Kadang bahagia kadang sengsara. Kadang mulur, kadang mungkret. Yang menariknya, beliau berkata sangat penting bagi kita untuk selalu mengolah rasa dengan terus memperhatikan gerak - gerik motivasi dalam diri. Dengan begitu manusia akan selalu bijak, yaitu dapat menyenangkan diri dan membuat orang disekitarnya tentram. Tapi bagaimana menjadi bijaksana?
Dalam upaya melawan Cao Cao, Kong Ming yang saat itu bertugas menjadi strategist koalisi tidak sekonyong menganalisis musuh. Alih alih menyusun strategi, justru yang pertama dia observasi adalah ketua kolisinya sendiri, Zhou Yu. Hasil Observasinya mengatakan bahwa Zhou Yu adalah ahli taktis perang di air dan seorang jendral yang memegang teguh prinsip keadilan. Kedua, Kong Ming memantau lokasi pertempuran dimana bahaya-bahaya yang mungkin terjadi. Saat dinyatakan dengan mutlak bahwa geografis merupakan kerugian pertama, justru insight yang dia temukan selama menjadi petani lah, yang membuatnya menang karena berhasil memprediksi angin dari timur. Penyebab utama kekalahan Cao Cao yang terkenal akibat terbakar dengan hebat seluruh perahu pasukannya.
Dalam kasus Baygon, alih - alih membuat produk baru yang jauh lebih sulit dikembangkan atau membutuhkan biaya besar, justru diakali dengan masalah sepele. Yaitu memodifikasi ukuran nozzle atau ukuran lubang semprotannya. Dengan membuat nozzle lebih besar atau lebih pintarnya, dibuat menjadi dua atau double nozzle dan menamainya sebagai teknologi. Pendapatan penjualan meningkat karena isi dari produk jadi lebih cepat habis dari biasanya. Atau secara tidak langsung, konsumen dibuat boros dengan sengaja. Ide simpel yang muncul karena melihat wanita menyemprot dengan sembrono.
Seorang Kong Ming dan Si Mas riset produk memiliki kesamaan. Semua muncul dari satu perilaku, observasi. Dilakukan secara internal maupun eksternal. Mereka memiliki fungsi yang sama, memantau lalu menghasilkan kesimpulan. Saya pikir, untuk menjadi seorang Kong Ming, adalah menjadi bijak disatu titik, lalu akan selalu bijak dan tidak menemukan celah ketidak bijaksanaan. Karena ia seperti batu loncatan, yang setelah dilewati tidak perlu diloncati kembali di belakang dan bisa terus maju.
Tapi kekalahan Kong Ming pada perang Jieting yang jadi awal kekalahan Northern Expedition mengisyaratkan dia tetap manusia yang bisa kalah. Baygon perlu ide super luar biasa setelah mentok dengan inovasinya yang justru menemukan celah mentok yang lain. Ki Ageng benar, hal ini juga mulur mungkret. Baik hal besar maupun hal kecil, dua-duanya punya siklus sebentar senang, sebentar susah. Sebentar berhasil, sebentar gagal. Sebentar hidup, sebentar mati. Ia adalah kumpulan tindakan - tindakan kecil yang membesar lalu menjadi kesimpulan. Lalu aku setuju dengan kesimpulan beliau, bahwa kebijaksanaan adalah pertarungan setiap hari. Jadi setidaknya, aku bisa sedikit bernafas agak lega, kalau - kalau hari ini aku kalah. Moga ke depannya membaik.