Perkara bekerja, kita mesti disuguhi sesuatu yang kalau bisa disebut acak, tapi juga terbayangkan. Selama ini, pekerjaan selalu dikaitkan erat dengan permasalahan. Baik yang bisa kita selesaikan, maupun yang harus diselesaikan. Keduanya ini bersatu padu menjadi kegiatan harian yang rentan dengan tekanan. Namun, ada faktor lain yang mempengaruhi keduanya selama pelaksanaanya. Salah satunya adalah lingkungan. Selama ini, dalam proses adaptasi seakan-akan kita dituntut untuk selalu baik. Sedang aku hanya berusaha menjadi diri sendiri, perlahan demi perlahan. Dan tetiba saja, semua menjadi terasa cair lagi dekat.
Selayaknya beberapa orang, tertatih menyusuri hari berharap segera merebah. Terjangan perintah tiap waktunya membuat begah seisi rangka kepala. Tak heran bara dendam kala senggang selalu dilumatnya hingga kering. Namun beberapa lagi, mengalir mendayu tak geming dikejar urusan dunia. Bernafas selayaknya alang-alang tersapu angin. Bekerja semampunya, tanpa ada halangan lagi pikiran. Selesainya, ikut mendinginkan raga bersama pundi-pundi yang ia ais tak berkesulitan. Tapi hari ini, aku sudah cukup senang. Sebab kerikil yang ku injak di hari senin, sekarang sudah dipucuk hari jumat.
Perihal cinta, sudah pasti frasa berbunga-bunga kental dengan arti bahagia, kesemsem, dan sebagainya. Namun menjadi beda arti bila kita membicarakan itu ditengah-tengah keadaan meriang. Bersebab adanya perihal-perihal diluar kendali yang membuat kita merasa kurang baik. Kurang sehat lebih tepatnya. Mungkin, harus matikan kipas angin sebelum tidur.
Dalam setiap skenario hidup, otak akan terus bekerja. Sibuk membuat kemungkinan - kemungkinan terbaik untuk diri. Minimal yang paling sedikit efek buruknya. Skenario ini bertugas untuk menjaga diri kita tetap relevan. Relevan dalam hal apa saja, seperti tetap menjadi teman kerja yang baik, atau sisi ekstrimnya tetap hidup. Dalam dunia profesional, skenario ini bertugas untuk membuat kita tetap berada dalam laju perusahaan. Hal ini penting karena sistem kerja yang dibuat, tidak boleh dikompromikan hanya sebab satu orang. Si pemilik skenario, harus mampu membuat segala kemungkinan terbaik bagi dia dan perusahaan. Kendati demikian, tidak semua skenario terbaik memiliki dampak yang selaras. Tentu saja ini disinyalir akibat kurangnya kita membaca situasi.
Kemarin, dalam perbincangan yang ngalor ngidul, terdapat pertanyaan yang cukup memantik. "Film apa yang bikin kamu nangis?". Saya terhentak, buram sebab memang saya jarang sekali menonton film. Ah tapi benar saya pernah menangis karena film. Ceritanya memang agak menyedihkan.
Suatu ketika, para pelindung bumi memiliki berbagai divisi. Tentara darat, udara dan laut. Dalam tim tentara udara, terdapat 3 divisi yang masing-masing diisi oleh 3 pilot handal. Divisi pertama diisi oleh para senior yang ahli dalam misi berbahaya. Divisi kedua diisi para senior wanita dan divisi terakhir diisi oleh para penerus. Menariknya, dalam episode ini, fokusnya muncul pada divisi senior. Seketika, muncul sebuah pertanyaan, mengapa divisi senior selalu berani mengambil langkah-langkah yang dapat membunuh nyawa crew selama misi penyelamatan?
Ternyata pada misi kali ini, musuh yang menyerang bumi amat berbahaya. Sedang divisi senior ngotot betul ingin menyelesaikan misinya. Karena kapten tidak mengijinkan, wal hasil markas besar porak-poranda diterjang. Kapten memilih untuk semua crew evakuasi. Sedang pemimpin divisi senior menolak. Bersama rekan-rekannya, divisi senior melaju pesat bersama burung besinya. Usut punya usut, musuh yang menyerang kali ini pernah membawa divisi senior menjelajah masa depan. Disana, mereka bisa melihat kapan mereka mati, dan dengan monster apa yang menyerangnya. Oleh karenanya, divisi senior tak pernah gentar untuk menyerang, sebab tau kapan mati. Dan di misi inilah, nyawa mereka akan lenyap, bersama sang monster. Saya sedih bukan kepalang, sebab terpikir, kalau kita sudah tau pada misi kapan kita mati, lantas apakah setiap masalah yang hadir akan membunuh kita? "Bentar, ini kamu film apasih sebenernya?" tanya dia heran. Ku jawab "Ultraman".
Besok libur, beberapa orang sudah membuat kerangka perjalanan. Ada juga yang telah bersapa ria dengan kerabat jauh, berharap melakukan kopi darat. Tapi saya adalah golongan - golongan yang memilih diam dirumah. Biasanya tidak, tapi kali ini bisa dibilang agak penting. Sepenting kondisi finansial yang tengah diujung tanduk. Begitu kiranya.
Sebenarnya, manusia diciptakan untuk bisa bertahan hidup hingga mencapai titik tertentu. Salah satu yang kerap dilakukan pengujian adalah pencernaan. Pada masa - masa produktif, pencernaan adalah organ yang paling mudah diajak kompromi. "Hari ini mi, besok mi lagi gapapa ya?" ucap otak secara enteng. Tentu saja pencernaan merupakan organisasi organ tubuh yang bentuk mediasinya menggunakan aksi nyata. Tidak berbasa basi, jika sudah dipuncak akan langsung melakukan pemberontakan. Saya sendiri agak segan memaksa pencernaan, sebab saya tahu ambang batas saya masih jauh. Tidak perlulah saya cari tau batasnya, yang kerap kali, ilmunya tidak bermanfaat.
Akan ada waktu, kala kesempatan menyapa, dan persiapan telah ada. Maka kala datang, sebaiknya tanpa belama-lama lakukan aksi nyata. Sebab tanpa rencana, hanya berakhir nestapa. Tatkala sudah dijamah, upayakan segalanya. Kerap balasan berpendar kilap cahayanya.
Hari ini, saya kembali membuat janji. Digelorakannya semangat menjaga raga agar tetap bugar. Minimalnya tidak naik berat badan sampai parah. Setelah membawa alat-alat yang diperlukan, sekiranya tidak ada alasan untuk malas-malasan. Bahkan kalau mau dikata, saya cenderung kangen. Kebiasaan yang dianggap baik, dan mau dilakukan. Semoga ini tetap bertahan, baik-baik meningkat.
Selama perjalanan kembali ke Malang, jujur suasana hari itu begitu tentram. Diiringi desingan mesin dan lagu yang semilir bersama deru jalanan. Walau boleh jadi saya kurang minat berkendara malam karena kurangnya penglihatan, namun bulan dan bintang akan sedih bila tidak dipandang. Bersama tentramnya hati, kembali menilai perjalanan yang belum bisa diraba. Apa saja yang telah kita lewatkan, berikan, tawarkan, dapatkan, semua serba abu. Tapi yang pasti, di malam itu saya menikmati perjalanan dengan sayup-sayup "take a life easy".
Orang bilang, kalau sudah menjadi minat, apapun dilakukan. Bahkan tidak jarang, mereka yang dianggap ahli dibidangnya, adalah orang-orang yang punya minat tinggi. Entah mengapa, tidak banyak yang menyadari, bahwa minat berarti adalah kecintaan untuk melakukan. Hal ini berarti, patokan yang dilihat adalah seberapa senang orang tersebut mau melakukan sesuatu. Sayangnya, orang akan dianggap memiliki minat hanya kalau kalau kamu punya hasil yang baik lagi bagus. Kalau bisa, cepat dan sempurna hasilnya. Sedang aku hanya duduk di depan layar, berharap semua yang ku senangi berbuah. Walau tau perkara hasil, mungkin-mungkin orang sudah eneg lihatnya.
Di gerbong itu, kupegang erat sebuah surat. Sudah 10 tahun surat ini ku simpan, namun tak pernah sekalipun berani kubaca. Surat ini berasal dari wanita yang sampai saat ini masih ku sayangi. Bahkan aroma tubuhnya masih bersemilir darinya. Kuterima surat ini tepat sebelum perpisahan, antara aku dan dia, tepat di stasiun Bandung. Hari terakhir aku bertemu dia. Hari dimana kunyatakan cintaku padanya.
Bisa dibilang, hubungan kami cukup rumit. Entah dia mengganggap apa diriku. Keluarganya menolak berhubungan denganku, karena saat itu pendapatanku hanya remeh bagi mereka. Padahal, wanita yang kusayang, tak ada nampak sedikitpun penolakan, walau tidak berkata iya. Setiap harinya kuhabiskan waktu bersamanya, walau harus dalam diam dan sembunyi.
Pada hari terakhir itu, kunyatakan perasaanku yang sebenarnya. Dia hanya diam berkaca-kaca. Di stasiun, kurasakan sedih berpendar dari wajahnya. Muncul surat dihadapanku, yang ia serahkan dengan cepat. Lalu ia berlari tanpa melihat wajahku untuk terakhir kalinya. Aku tak berani menerima penolakan, maka ku simpan surat itu cepat-cepat tanpa pernah kubaca. Di gerbong ini, bersama kereta yang melaju menuju Bandung, aku diam membatu setelah membacanya. Surat itu bertuliskan "Roy, aku cinta sama kamu. Aku akan pergi dari keluargaku. Besok aku susul kamu ke Jogja. Temui aku di Stasiun Jogja lusa".
Jam 1 siang mesti jadi waktu - waktu kritis. Perihal tersebut, sebab sebelumnya adalah waktu istirahat. Barang siapa yang tidak menambah kafein di waktu tersebut, maka ia akan lelap laksana bunga layu. Itu terjadi pada beberapa hari terakhir. Kalaupun dipaksa minum kopi, apa lambung siap? Karena asamnya barangkali lebih membangunkan daripada suntikan kefein pada otak.
Beberapa hari terakhir, sepertinya akan menjadi perhelatan panjang antara saya dengan lemari. Sebab koper yang saya tunggu-tunggu tidak kunjung datang. Entah apa yang terjadi kalau ini terjadi hingga berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Dua hari saja sudah jengah, apalagi lama. Sekiranya saya bawa kertas pengiriman hari ini. Sesampainya dirumah bisa tenang bersama baju-baju yang ada. Kali ini? sudah salah sejak awal. Tak apa. Mari kita berbelanja.
Sekiranya, saya akan memutuskan untuk mengembara. Perjalanan ini, sejujurnya adalah langkah baru. Walau rute yang ditanjaki bukan rute berat, namun ia terbilang langka. Biarpun orang terbiasa mendaki, pasti tiap pendakian akan menimbulkan kesan baru. Berbekal setiap pegangan yang ada, perlahan akan saya jajaki, selangkah demi selangkah.
Dalam permainan, selalu ada beberapa peraturan yang wajib dipahami. Hal ini tentu untuk mempertahankan keseruan serta cara main yang benar. Di dunia perkoleksian, peraturan demikian (walau selalu tak tertulis) sebenenarnya ada. Memang betul, tidak selalu harus menaati, tapi bila-bila ingin awet lagi berkelas, sila coba ikuti. Sepertinya, sebagai pemain baru, sama seperti yang lain, masih harus coba-coba untuk membaca, memahami lagi mengikuti. Sebab sekarang, semua jadi carut marut. Apalagi ini semua secara tidak langsung, memang sengaja dilakukan. Wajar bila harus offside, kartu kuning, atau masuk penjara di Monopoli.
Popular Posts
-
Hari ini saya sedih. Perkara sedang capek dengan kehidupan. Mungkin menuju burnout saja. Paska menikah, tidak ada waktu untuk bertele-tele ...
-
Ga ada yang nyangka ternyata saya bakal balik lagi kesini. Entah ya, rasanya beda curhat dengan tampilan blog yang serba oren. Dibanding w...
-
Malam tahun baru kali ini, terasa sangat berbeda. Kamu tau? Ada banyak rasa kesepian, tapi malam itu rasa sepinya benar - benar berbeda. S...
Powered by Blogger.
Blog Archive
- January 2024 (1)
- June 2023 (1)
- March 2023 (1)
- January 2023 (3)
- December 2022 (4)
- November 2022 (1)
- October 2022 (1)
- September 2022 (1)
- August 2022 (10)
- July 2022 (1)
- June 2022 (12)
- May 2022 (5)
- March 2022 (8)
- February 2022 (5)
- January 2022 (3)
- December 2021 (2)
- November 2021 (6)
- October 2021 (8)
- September 2021 (1)
- August 2021 (7)
- July 2021 (1)
- June 2021 (11)
- May 2021 (14)
- April 2021 (16)
- March 2021 (26)
- February 2021 (20)
- January 2021 (26)