Ini merupakan hari pertama di 2024. Senin. Berada di ruang kerja Pool Suci bersama komputer EDP. Setelah mengantar pulang istri di Ps. Rebo. Disini lah saya berada. Berusaha kembali menulis. Semoga bisa berjalan terus.
Hari ini saya sedih. Perkara sedang capek dengan kehidupan. Mungkin menuju burnout saja. Paska menikah, tidak ada waktu untuk bertele-tele dengan kerjaan karena semua menjadi serba banyak, padat dan cepat. Puji tuhan hari ini banyak yang diselesaikan. Tapi tidak menyelesaikan rasa capeknya.
Saya sekarang punya istri. Gila bukan? Hilang begitu lama, tiba tiba datang dengan kabar luar biasa. Sama, saya juga ga tau kok bisa saya memilih menikah. Pilihan besar ya.
Ternyata menikah memberi konsekuensi baru. Kayak ada harapan2 yang secara tiba2 datang. Bukan harapan, ekspektasi. Ekspektasi untuk ini itu. Dan saya dibuat kesal dengan ekspektasi itu.
Gapapa, saya lagi keos aja. Kepala saya kusut dikoyak emosi. Ternyata, saya masih bisa ngerasa sendirian.
Ga ada yang nyangka ternyata saya bakal balik lagi kesini. Entah ya, rasanya beda curhat dengan tampilan blog yang serba oren. Dibanding word atau drive. Rasanya seperti ada kedekatan emosional dengan layout yang satu ini.
Sepertinya saya sedang cape. Menjadi cape dan dalam mode survival terasa begitu iritable. Beneran saya paham kenapa begitu mudahnya kita semua tersinggung. Se simple cape. Kurang istirahat bikin kita ga punya perasaan pegang kendali. Perasaan "semuanya bikin ruwet" yang jadi sumber tipisnya sabar.
Bisa dibilang, mungkin saya juga jadi bagian dari masalah. Sakit lalu menyakiti. Tapi sejujurnya saya merasa ga di support oleh siapapun skrg. Cuman jadi bagian "menyenangkan pihak lain" agar bisa bermanfaat tanpa bergantung dengan orang lain itu sejujurnya capek dan melelahkan.
Gapapa, hari ini saya sudah nulis kesini aja udah bagus. Saya seneng, bahwa diantara tempat - tempat jujur yang katanya menenangkan, cuman gerobak ini yang bisa jadi curahan hati saya. Makasih ya, mau jadi kertas yang siap diapain aja,
Ditanya ke tasik kapan, saat semuanya tau saya sebenernya males datang kesana. Hmmm. Entah ya. Hari ini saya ada kesel, marah, sedih, bete, linglung. Disuruh datang ke nikahan anak selingkuhan. Karena dia dikawinin dulua. Pas ditanya kenapa ga mau? saya cuman jawab " karena ga mau aja gatau ya". Lalu semerta - merta saya disebut lemah, baperan, tidak bisa menangani kerasnya hidup. Kalau skala keluarga saja gagal, apalagi skala yang lebih besar. Dirasa jauh antara anak dengan bapak. Tapi saya sendiri sejujurnya memang tidak mau seperti dia.
Siapa yang mau hidup dengan orang yang merasa bekerja untuk keluarga, tetapi kerjaanya hanya marah, dan menuntut. Entah ya, saya ga pernah merasa punya empati ke orang itu. Saya sebenernya rada ga peduli sih dia mau ngomong apa. Yang saya bingung, gimana saya kedepannya. Di kantor, perusahaan ini, dia adalah orang berkuasa. Jangankan saya, bawahannya kalau disuruh interogasi saya juga akan dilakukan. Tidak ada yang bisa dilakukan disini. Saya harus cari jalan hidup sendiri.
Mungkin itu satu - satunya cara agar menjadi kuat, mandiri dan bisa bertahan di dunia yang keras ini.
Hari ini rasanya kerja capek banget. Bangun subuh, lalu tidur lagi. Namun keadaan tidak sepenuhnya istirahat karena, saya ga bawa baju tidur sama sekali. Padahal, sebelumnya melewati perjalanan sejauh 60km untuk mengambil tanggung jawab 2 markas sekaligus. Ya, saya ditugaskan untuk memegang 2 pool sekaligus. Dan salah satunya, harus saya pantau seminggu sekali karena jaraknya yang jauh.
Setelah kembali ke pool asal dan lagi - lagi kembali bekerja. Justru saya jadi teringat kejadian itu. Rasa sakit yang masih terasa. Perasaan inferior karena merasa kecil. Yang sedihnya semakin terasa mulai masuk ke dalam core believe. Sejujurnya saya takut, bagaimana kalau ternyata, saya mulai percaya secara penuh bahwa saya orang kecil yang tak berarti? Padahal sekian lama saya membangun trek untuk karir pribadi lebih baik. Tapi hancur saja seketika dan tidak membaik hingga hari ini.
Kejadian itu benar - benar merenggut diri saya secara utuh. Mungkin pada akhirnya saya mengerti apa arti insecure yang sesungguhnya. Yaitu perasaan tidak aman terhadap diri karena orang lain. Tidak aman karena tau akan mudah ditinggal, digantikan, kecil, tak berarti. Dan sampai saat ini, saya belum bisa keluar dari perasaan itu dengan kembali menjadi saya yang percaya diri. Ditambah, seperti ada dorongan dari banyak orang yang mengingatkan, bahwa orang - orang dengan insekuriti adalah red flag besar yang wajib dilewati. Mungkin saya adalah salah satunya. Pria yang tak bisa berdiri dengan kakinya sendiri.
Dan yang paling mengecewakan adalah, saya ga melihat ada aksi nyata dari dia. Orang yang menyakiti diri dan saya hanya karena dia menjadi dia. Dia bisa mendapatkan seluruh hal baik, dan saya disini tergeletak hancur tak disembuhkan dengan usahanya. Saya ga lihat ada pendekatan yang benar - benar niat untuk saya. Mungkin dia cape bekerja, cape mengurus rumah, atau cape hal - hal lainnya. Tapi yasudah, mungkin memang saya ini remeh. Entah ya, akhir akhir ini lingkungan saya seperti memberi tanda alam. Yang sejujurnya saya ga paham. Semua orang disekitar saya bilang, bahwa wanita yang punya gaji lebih besar, itu hanya ada dua kemungkinan, mengatur, atau diinjak. Entah ya, saya pusing hidup begini.
Saya cape sedih terus.
Malam tahun baru kali ini, terasa sangat berbeda. Kamu tau? Ada banyak rasa kesepian, tapi malam itu rasa sepinya benar - benar berbeda. Saat itu, saya berada di acara peresmian salah satu DPC partai di kota tasikmalaya. Acara dibuka pukul 20.00 namun orang - orang sudah ramai riuh berada di area DPC. Saya kesana bersama bapak, selingkuhannya, dan aki dari keluarga yang jauh. Saat saya sampai disana, banyak orang - orang kantor yang ternyata, diminta kesana juga. Jadi beberapa kali saya ngobrol kesana kemari untuk saling sapa.
Acara masuk, dihibur oleh musik dari penyanyi lokal yang suaranya cukup oke buat saya. Namun rasa - rasanya, agak berbeda. Entah mengapa, diantara keriuhan orang - orang yang saya kenal, perasaan "not belong" atau "tidak sepantasnya" itu muncul. Perasaan seperti kamu ga merasa pangsa pasar acara ini, namun kemanapun saya pergi, akan terasa sendirian. Di acara itu, walau sebagai tamu undangan, saya justru diam di stall kopi bersama OB yang saya anggap sangat baik dan pantas untuk saya bantu.
Selesai acara, justru yang terasa semakin masygul. Sesampainya dirumah, malah semakin sulit tidur. Cuman bisa duduk di meja dan merenung. Macam perasaan akan sedih saja. Semua orang punya hari yang menyenangkan. Hari yang indah untuk menjadi penutup tahun dan pembuka hari yang sangat baik. Yang, boleh dikatakan aku mau juga. Semua punya agendanya masing - masing. Dan saya justru menjadi orang yang tidak bahagia dengan agendanya sendiri.
Entahlah, saya cuman berdoa, tahun 2023 tidak seperti tahun sebelumnya. Diawali dengan keindahan yang dimana memberi semnagat hidup. Namun akhirnya justru membuat saya terperosok ke dalam lubang gelap nan licin.
Hari ini saya beberes buku. Cukup banyak rupanya. Ada sekitar 100 buku yang harus dirapihkan, dibersihkan, difoto dan diberi harga. Tujuan saya jelas diawal, buku - buku ini harus dibuang. Atau setidaknya, dijual agar terlihat lebih baik timbal baliknya. Saya ga mikir kemana atau diapain uangnya, karena goalnya bukan itu. Tapi cukup sampai hilangnya buku - buku ini dari muka. Jadi sedari pagi, saya mulai berkecimpung untuk berbenah buku.
Satu persatu buku dikeluarkan. Mulai dibersihkan, lalu difoto. Sembari itu, saya juga mulai memilah mana mana yang bagus, kurang bagus, bermutu, kurang mutu, dijual dan tak dijual. Beberapa buku hadiah dari teman tentu tak akan saya jual. Lalu buku - buku Suryomentaram dan kuliah sudah pasti saya simpan rapat. Lalu muncul dilema baru, Mana batasan yang mau saya jual dan mau saya simpan?
Kalau dihitung, sebenarnya betul prinsip pareto. hanya 20% dari 100 buku yang memang akan saya simpan dan berpengaruh dalam hidup saya. Beberapa sudah saya sebutkan, lalu ada buku tambahan yang akhirnya masuk brangkas. Pertama, Alkemis karya Paulo Coelho yang kalau boleh dibilang, adalah bentuk nyata tulisan dapat merubah orang. Minimal pandangan saya bahwa ternyata ada sedikit keinginan saya ingin menulis buku yang keren begini. Kedua, Human Universe by Brian Cox jadi penanda BBW saya pertama, Di buku ini saya belajar bahwa jadi prof ganteng dan mumpuni tuh bisa berjalan saling kelindan. Ketiga, Paper Engineer dan Papercraft Encyclopedia masuk dalam jajaran brangkas. Jawabannya simpel, Semales - malesnya saya, hobi saya ga pernah jauh dari kertas. Nulis, baca dan mainan semua dari kertas. Maka saya pastikan untuk hobi yang jarang saya sentuh ini, diberikan pada kertas dan segala kemungkinannya. Bergembira dengan Sains dari Hans Jurgen Press. Buku ini sebenenrnya bukan buku bacaan, tapi buku tentang sains dan praktik-praktik sederhana yang bisa dilakukan oleh anak kecil. Ditemukan saat saya SD kelas 5 di Perpustakaan sekolah. Dan menjadi satu satunya buku yang saya sesali tidak saya colong! Karena sampai saya SMA, saya masih suka datang ke perpus umum dan mencoba mengingat dan membeli buku yang buram judulnya karena hilangnya cover pada saat pertama kali saya pegang bukunya. Ternyata masih ada di dunia ini tersisa 3 eksemplar di internet. Beli 2 untuk saya kasih ke adek saya satu dan saya sendiri satu. Terakhir adalah buku - buku kumpulan cerpen kompas dari tahun 1992 - 2001. Kumcer ini saya cicil selama kuliah. Bisa dibilang, yang membuat minat baca saya tetap ada adalah strategi baca kumcer kala bosan. Dan banyak sedikitnya gaya bercerita dan menulis lahir dari kumcer2 tahun segitu. Saya suka cerita - cerita orang miskin. Penuh konflik, minim solusi, ketir tiada akhir. Hanya bisa tegar diantara sayatan hati yang pilu.
Lalu setelah selesai menulis seluruh harga untuk dijual, saya cukup kaget dengan berapa uang yang keluar untuk buku - buku ini. Karena menurut saya, uangnya tidak sedikit, dan ini menandakan bahwa saya cukup serius soal investasi leher keatas. Disitu saya mulai bimbang, haruskah saya lepas ini semua?
Saya akhirnya mencoba untuk berhenti sejenak dan motor-motoran dengan harapan ada angin yang menyegarkan pikiran. Setelah diusut, mungkin, dan mungkin saja, saya hanya sedang menyakiti diri sendiri. Saya berusaha memnbuang semua buku - buku ini karena, mereka yang membentuk 0 saya. Bisa menjadi +1,+2,-1,+1 dan sebagainya. Buku - buku ini adalah identitas diri dan ternyata, sangat berpengaruh dalam hidup saya. Walaupun pada dasarnya, hobi saya adalah membaca, namun terkadang, jumlah buku dan bukunya sendiri terkadang menjadi penanda apa apa yang sudah dibaca. Dan karena kesedihan yang mendalam, akan pencarian 0 itu, saya berusaha menghilangkan buku - buku ini. Dengan harapan, biarlah saya membentuk 0 yang baru. Menjadi Teguh yang seminus-minusnya, lalu menjadi 0. Starting point saat saya sudah diujung tanduk.
Tapi mungkin ini pertanda alam, banyaknya jumlah buku ternyata cukup bisa mengulur waktu saya. Sehingga dibikinnya saya untuk berpikir kembali, apakah ini adalah jalan yang benar. Apa saya masih pantas untuk terus menyakiti diri saat yang lain, mungkin telah mengepakan sayap untuk menjadi lebih baik dari diri mereka sebelumnya? Sehingga, hari ini nampaknya akan saya kembalikan buku ke rak - rak lagi. Sembari mengingat, bahwa hari ini, minimalnya saya tidak kembali minus.
Hari ini saya bengong di kantor. Ga ada alasan. Banyak waktu kosong dan kerjaannya tidak menuntut otak untuk ikut bermain. Sesekali tertidur di meja juga karena tidur larut malam.
Akhir - akhir ini sedang kepikiran untuk coba jurnaling. Dalam artian, menggunakan kertas dan pulpen. Diisi dengan hal - hal yang harusnya saya omongin tapi ga bisa tapi harus sebab bisa gila kalau engga tapi terlalu beresiko untuk dibicarakan dengan orang sembarang.
Tapi dipikir - pikir, blogging ini cukup mirip dengan metode yang sama. Sama - sama membanting perasaan pada medium lain. Dan aliran medium ini yang membantu mengeluarkan emosi - rasa yang terendap. Saya ga pernah mikir bahwa saya akan bener - bener fokus dikepenulisan. Apalagi, selama ini rasa senang saya dengan blog lebih ke teknikal web dan estetikanya. Tapi ternyata saya bisa menikmati tulis menulis dalam medium ini. Dan hebatnya, mendapat banyak manfaat di dalamnya. Saya sayang kamu buat orang yang membuat diri ini mau terus menulis. dan bukan hanya membaca, atau menggambar.
Beberapa waktu saya sempet mikir, mungkin masuk psikologi karena berobat jalan memang ide yang diamini dunia. Sebab banyak obat - obat yang saya butuhkan untuk menghadapi dunia yang kerasnya, berbeda dengan orang - orang yang merasa tau kerasnya dunia berdasarkan level mereka.
Mungkin, sudah saatnya saya menutup blog ini. Dari publik, karena selama ini promosi desain selalu saya sorot kesini. Sedang isinya semakin lama, semakin sentimentil. Semakin, saya. Entah, apakah ini hanya reptilian complex yang meraung bersama gelap yang menikmati ketidakeksisan diri dalam dunia ini. Atau mungkin, adalah saya itu sendiri.
Pagi ini bangun dengan kepala jangar dan tangan sakit - sakit. Sambil mencoba ngumpulkeun nyawa, saya coba duduk. Ketiga teman saya masih ada ternyata, dan dua diantaranya sudah bangun. Mungkin belum tidur lebih tepatnya. "Mau jekpot kayaknya nih" tutur saya. Tapi mungkin cuman feel saja. Maka saya paksakan beli bubur dan air kelapa. Baru beberapa jam setelah itu saya mulai kembali memiliki kesadaran walau badan masih bener - bener ga enak.
Malamnya, saya banyak mengacaukan diri dengan menghantam minum sekeras - kerasnya. Ingin saya nangis kencang - kencang sampai sudah tak ada urat malu. Nyatanya, bukan naik yang saya dapat justru pusing tak kepayang. Sial. Tapi yasudah, jujur sudah agak plong dibanding sebelumnya.
Mulai hari ini, saya akan kembali mencari null yang hilang diseret minus dan pengalaman.
Popular Posts
-
Hari ini saya sedih. Perkara sedang capek dengan kehidupan. Mungkin menuju burnout saja. Paska menikah, tidak ada waktu untuk bertele-tele ...
-
Ga ada yang nyangka ternyata saya bakal balik lagi kesini. Entah ya, rasanya beda curhat dengan tampilan blog yang serba oren. Dibanding w...
-
Malam tahun baru kali ini, terasa sangat berbeda. Kamu tau? Ada banyak rasa kesepian, tapi malam itu rasa sepinya benar - benar berbeda. S...
Powered by Blogger.
Blog Archive
- January 2024 (1)
- June 2023 (1)
- March 2023 (1)
- January 2023 (3)
- December 2022 (4)
- November 2022 (1)
- October 2022 (1)
- September 2022 (1)
- August 2022 (10)
- July 2022 (1)
- June 2022 (12)
- May 2022 (5)
- March 2022 (8)
- February 2022 (5)
- January 2022 (3)
- December 2021 (2)
- November 2021 (6)
- October 2021 (8)
- September 2021 (1)
- August 2021 (7)
- July 2021 (1)
- June 2021 (11)
- May 2021 (14)
- April 2021 (16)
- March 2021 (26)
- February 2021 (20)
- January 2021 (26)