Saya Percaya Bisa Kembali


 Hari ini saya beberes buku. Cukup banyak rupanya. Ada sekitar 100 buku yang harus dirapihkan, dibersihkan, difoto dan diberi harga. Tujuan saya jelas diawal, buku - buku ini harus dibuang. Atau setidaknya, dijual agar terlihat lebih baik timbal baliknya. Saya ga mikir kemana atau diapain uangnya, karena goalnya bukan itu. Tapi cukup sampai hilangnya buku - buku ini dari muka. Jadi sedari pagi, saya mulai berkecimpung untuk berbenah buku. 

Satu persatu buku dikeluarkan. Mulai dibersihkan, lalu difoto. Sembari itu, saya juga mulai memilah mana mana yang bagus, kurang bagus, bermutu, kurang mutu, dijual dan tak dijual. Beberapa buku hadiah dari teman tentu tak akan saya jual. Lalu buku - buku Suryomentaram dan kuliah sudah pasti saya simpan rapat. Lalu muncul dilema baru, Mana batasan yang mau saya jual dan mau saya simpan?

Kalau dihitung, sebenarnya betul prinsip pareto. hanya 20% dari 100 buku yang memang akan saya simpan dan berpengaruh dalam hidup saya. Beberapa sudah saya sebutkan, lalu ada buku tambahan yang akhirnya masuk brangkas. Pertama, Alkemis karya Paulo Coelho yang kalau boleh dibilang, adalah bentuk nyata tulisan dapat merubah orang. Minimal pandangan saya bahwa ternyata ada sedikit keinginan saya ingin menulis buku yang keren begini. Kedua, Human Universe by Brian Cox jadi penanda BBW saya pertama, Di buku ini saya belajar bahwa jadi prof ganteng dan mumpuni tuh bisa berjalan saling kelindan. Ketiga, Paper Engineer dan Papercraft Encyclopedia masuk dalam jajaran brangkas. Jawabannya simpel, Semales - malesnya saya, hobi saya ga pernah jauh dari kertas. Nulis, baca dan mainan semua dari kertas. Maka saya pastikan untuk hobi yang jarang saya sentuh ini, diberikan pada kertas dan segala kemungkinannya. Bergembira dengan Sains dari Hans Jurgen Press. Buku ini sebenenrnya bukan buku bacaan, tapi buku tentang sains dan praktik-praktik sederhana yang bisa dilakukan oleh anak kecil. Ditemukan saat saya SD kelas 5 di Perpustakaan sekolah. Dan menjadi satu satunya buku yang saya sesali tidak saya colong! Karena sampai saya SMA, saya masih suka datang ke perpus umum dan mencoba mengingat dan membeli buku yang buram judulnya karena hilangnya cover pada saat pertama kali saya pegang bukunya. Ternyata masih ada di dunia ini tersisa 3 eksemplar di internet. Beli 2 untuk saya kasih ke adek saya satu dan saya sendiri satu. Terakhir adalah buku - buku kumpulan cerpen kompas dari tahun 1992 - 2001. Kumcer ini saya cicil selama kuliah. Bisa dibilang, yang membuat minat baca saya tetap ada adalah strategi baca kumcer kala bosan. Dan banyak sedikitnya gaya bercerita dan menulis lahir dari kumcer2 tahun segitu. Saya suka cerita - cerita orang miskin. Penuh konflik, minim solusi, ketir tiada akhir. Hanya bisa tegar diantara sayatan hati yang pilu. 

Lalu setelah selesai menulis seluruh harga untuk dijual, saya cukup kaget dengan berapa uang yang keluar untuk buku - buku ini. Karena menurut saya, uangnya tidak sedikit, dan ini menandakan bahwa saya cukup serius soal investasi leher keatas. Disitu saya mulai bimbang, haruskah saya lepas ini semua?

Saya akhirnya mencoba untuk berhenti sejenak dan motor-motoran dengan harapan ada angin yang menyegarkan pikiran. Setelah diusut, mungkin, dan mungkin saja, saya hanya sedang menyakiti diri sendiri. Saya berusaha memnbuang semua buku - buku ini karena, mereka yang membentuk 0 saya. Bisa menjadi +1,+2,-1,+1 dan sebagainya. Buku - buku ini adalah identitas diri dan ternyata, sangat berpengaruh dalam hidup saya. Walaupun pada dasarnya, hobi saya adalah membaca, namun terkadang, jumlah buku dan bukunya sendiri terkadang menjadi penanda apa apa yang sudah dibaca. Dan karena kesedihan yang mendalam, akan pencarian 0 itu, saya berusaha menghilangkan buku - buku ini. Dengan harapan, biarlah saya membentuk 0 yang baru. Menjadi Teguh yang seminus-minusnya, lalu menjadi 0. Starting point saat saya sudah diujung tanduk. 

Tapi mungkin ini pertanda alam, banyaknya jumlah buku ternyata cukup bisa mengulur waktu saya. Sehingga dibikinnya saya untuk berpikir kembali, apakah ini adalah jalan yang benar. Apa saya masih pantas untuk terus menyakiti diri saat yang lain, mungkin telah mengepakan sayap untuk menjadi lebih baik dari diri mereka sebelumnya? Sehingga, hari ini nampaknya akan saya kembalikan buku ke rak - rak lagi. Sembari mengingat, bahwa hari ini, minimalnya saya tidak kembali minus. 

No comments:

Post a Comment