Made sedang berdiri disamping rel becek dekat stasiun. Matanya melayang memahami bayangan rembulan yang bergoyang perlahan. Efek ciu yang diputar bersama teman-temannya terasa betul. Sembari berjalan menuju rumah, ia perhatikan rel kereta yang kumuh terlihat basah dibalut udara subuh. Dengan sempoyongan, Made mengingat bapaknya yang telah lama tak ia lihat. Bapak yang selalu mengajaknya menonton badut sulap di pasar malam kala itu. Namun itu sudah tiada, sekarang ia hidup tanpa bapak diantara kerasnya rel-rel stasiun. Mencari makan bagai anjing liar ditengah kerumunan sampah.
Di depan pintu rumah, semua terasa sangat sepi. Made masuk tanpa memperhatikan sekitar. Tak sengaja melihat kamar ibunya, ia tilik dua orang di ranjang merebah. Baik ibu dan laki disebelahnya tidur dengan telanjang bulat.
Ia masuk ke kamar dan memperhatikan dalam-dalam. Mereka berdua tepat berada di depan Made. Punggung badannya besar penuh dengan tahi lalat. Ia kenal betul bentuk rambut dan baunya. Tetiba, ada rasa menyeruak berusaha keluar dari raganya. Rasa yang ingin ia lampiaskan sebab terpaksa menjadi anjing liar milik orang-orang liar. Bangsat yang membuatnya menjadi kasar dan tak bermasa depan. Carut, ia ambil botol amer disebelahnya. Dengan muka memerah, ia genggam botol itu erat-erat sambil meracau "Bapak, bapak, bapak". Ibunya yang terganggu bangun melotot dan membentak " Bapak, bapak! Dia bukan bapakmu Goblok!"

Alur yang dibentang penulis lugas, tapi penulis tidak lupa memberikan ruang pada pembaca untuk bermain-main atau menerka dengan kapasitas nalarnya sendiri. Good job!
ReplyDelete