Awalnya saya ini bukan orang yang ngerti jam tangan. Apalagi sedari dulu, jam tangan G-Shock sudah menemani bertahun-tahun. Mudahnya, selama menunjukan waktu dan kuat, berarti jam yang handal. Namun, semenjak G-Shock itu rusak selama hampir satu tahun, absenlah penunjuk waktu itu di pergelangan tangan.
Ketiadaan akan arah waktu ternyata berpengaruh secara signifikan. Biasanya, perhitungan waktu antar tugas membantu navigasi prioritas yang musti dikerjakan. Semenjak absen, tepat waktu itu sudah paling antik. Lain waktu, ketiadan jam membuat kita buta tujuan. Seakan waktu begitu banyak yang bisa dihamburkan. Kalau orang bilang, handphone disaku sudah cukup untuk apapun, itu tidak berlaku untuk merubah kebiasaan ini. Alih-alih tau waktu, yang hadir malah distraksi notif berkepanjangan.
Dengan kehadiran waktu luang, tancap gas lah menuju reparasi jam tangan. Bukan perkara mudah cari tukang reparasi untuk si tangguh ini. Karena jenisnya Ana-Digi, banyak yang enggan menerima penggantian batre karena kalibrasinya yang dianggap sulit. Sayapun awalnya ragu, apa benar ini semengerikan itu? Berkali-kali tanya pada reparasi jam sekitar, yang hadir hanya cape dan habis duit parkir. Namun berbekal review google maps, sampailah saya dengan reparasi jam yang sekarang jadi andalan.
Semenjak jam itu kembali, kok ditimang-timang jadi sayang! Heran. Ternyata G-Shock ini tidak jelek-jelek banget. Sayang ini ternyata menyembul berbarangan dengan penasaran. Hasilnya, munculah pengetahuan dan ilmu tentang per-jam tangan-an ini.
Kalau dilihat, warga lokal terutama kalangan muda, entah mengapa gemar dengan jam tangan berdiameter besar. Walau ada pendapat berkicau tentang maskulinitas dan ukuran, hemat saya justru itu tidak berhubungan. Pemikiran ini membuahkan kecintaan saya pada jam-jam buatan jepang, terutama Seiko. Walau belum punya, tetapi rasa suka pada desain, ukuran serta historisnya membuat hati ini ngidam betul!
Dari semua lininya, entah mengapa, hati ini justru terpaut oleh mockingbird. Aneh memang. Selain lini ini baru, banyak desain yang sebenarnya lebih mahal. Tapi hati memang sejujurnya organ. Biar harga segitu, dial hijaunya indah nan sejuk dipandang. Awalnya, dial hitam dengan strap coklat serasi sekali dilihat. Setelah si hijau ini muncul, kurasakan mantap bergelora padanya.
Ya karena terhitung baru, rasanya ingin eksplorasi lebih banyak tentang penujuk waktu. Memang betul, selain karena fungsinya, keindahan dan statement sosial bisa hadir karena ini. Namun bukan itu, selagi senang, kenapa harus mikirin yang lain?

No comments:
Post a Comment