Pelipur Lara


    Kukira, rasa-rasanya aku kembali jatuh cinta lagi. Terasa menjalar olehku aliran darah yang memacu dengan cepat. Hari ini, dengan dress yang ia belikan paska ulang tahunku, akan kubuat dia terkesima. Sembari menyiapkan kamar, kembali dibenarkan pita rambut lucu dirambutku agar terlihat bagus. Sepulang kerja, mestinya dia sangat lelah. Oleh karenanya, sudah kusiapkan makan malam kesukaannya dari sekarang. Sembari mengaduk sup jamur, aromanya yang semerbak membuat gairahku semakin membuncah.

    Aku paham mengapa hari ini begitu istimewa. Sebab, beberapa waktu terakhir Mas Dio jarang sekali pulang. Beberapa pekerjaanya bukan hanya menyita waktu, namun juga perhatiannya untukku. Ia juga kerap terlihat lebih lelah dari biasanya. Aku tau, masa probasi jabatannya hampir habis. Dan tidak heran bila Mas Dio bekerja habis-habisan untuk itu. Maka sesampainya, aku biasa memijitnya sambil bermanja. Ia akan bercerita panjang lebar tentang kesehariannya, konflik dengan bosnya, main catur dengan para kolega dan pejabat-pejabat konglomerat sampai hal-hal kecil sekalipun. 

    Tepat saat kutaruh sendok sup itu, kudengar suara pintu diketuk. Kubuka dengan sumringah sembari kulihat wajahnya yang lelah dengan tatapan binar.  Kupeluk ia sembari membawakan tasnya. Ia mulai bercerita dengan lembut semua kelelahan yang telah lewat. Dengan bisikan halus, kuajak dia untuk merebah. Kukecup dengan hangat. Kurasakan energinya kembali perlahan membaik, lalu kubuka bajunya perlahan. Saat meletakan kacatamanya di meja, tak sengaja hapenya menyala. Sepintas, terpampang jelas pesan bergambar bahwa anak pertama dari istrinya telah lahir. 

No comments:

Post a Comment