Ulasan Teman Sejawat


     Memang benar ternyata, mengapa rasanya sangat aneh bila mendapat komplimen? Seakan saya tidak berhak untuk mendapat barang sedikit pujian. Padahal, boleh jadi saya sangat senang mendengarnya dan menerimanya dengan suka cita. Beberapa hari terakhir, beberapa komplimen yang muncul agak aneh di kuping saya. Walau kerap saya dipanggil "koko" atau "korea-korean" satu ini agak aneh. 

     Saat sedang membicarakan soal binari trading, saya yang iseng ini berusaha mencairkan suasana dengan bertanya-tanya. Tentu saja, ini bukan basa basi belaka, sebab memang betul saya tidak mengerti. Walhasil, pembicaraan menjadi panjang mengarah ke saham. Saya yang sedikit tau, tentu bisa mengimbangi pembicaraan. Tetiba teman saya nyeletuk "mas iki ga main saham itu bohong. Mesti suhunya iki. Kalau suhu diajak ngomong nyambung, pas ditanya bilang gatau". Sejujurnya, saya agak kaget. Sebab-sebab memang saya tidak main saham walau betul ingin. Tapi hal ini saya anggap komplimen karena "bisa jadi" memang muka saya "berkecukupan" untuk main saham. Padahal...

     Lain lagi selanjutnya. Memang komplimen dari lawan jenis adalah yang paling wahid nikmatnya dikuping, hati dan ego. Tapi saya rasa, komplimen jujur memang agak sedikit menyentil ego lebih keras. Teman saya tetiba berkata "Samean iki koyok korea-korea ya mas. Kakinya jenjang jadi keren gitu". Ini merupakan jenis komplimen yang paling tidak terpikirkan dari sudut manapun. 

     Sehingga diperjalanan saya berpikir, kenapa komplimen ini rasanya aneh? Apa bersebab, ekspektasi saya berbeda dengan penilaian mereka? Atau self-esteem yang terlalu rendah? Barangkali saya tidak punya jawaban, namun kepastiannya, saya menikmati komplimen tersebut. Terimakasih.

No comments:

Post a Comment