Saya selalu yakin bahwasannya, setiap orang punya rasa sakitnya masing - masing. Pengalaman yang mengajarkan diri untuk bertindak sesuai yang didapat. Pengalaman ini datang dari masa kecil. Yang ia lalu tumbuh menjadi mesin yang memilih. Apa apa saja yang perlu dilakukan, diinginkan dan dibuang.

Tak banyak yang menyadari, bahwa dari kesemua tindakanya berasal dari masa lalunya yang menyakitkan. Yang ia tumbuh untuk sekedar membalas masa lalu. Dan kemudian terus mengeras, menjadi karakter. Yang dimana ia tak pernah melihat itu sebagai kesalahan. Dan memang sedari lahir, ia lah begitu.

Tapi setidaknya saya menyadari ia. Kesadaran akan pengembalian hal - hal yang benar. Agar supaya saya menjadi pribadi yang berdikari. Lalu kehadirannya menyejukan minimal untuk orang terdekat.

Saya akan menyerah. Saya walau akan menjadi apa apa, tak ayal nirkuasa terhadap ia. Ia bukan membutuhkan semua yang perlu. Tapi semua yang ia mau. Lalu aku hanya dibutuhkannya untuk validasi. Lalu aku hanya dibutuhkannya untuk keinginan dan kesenangan akan masa lalunya yang tak pernah ia raih. Saat penolakan, pengajaran dan nasiha terbaik diberikan, ia tak butuh. Ia benci akan hal itu.

Ya saya menyerah, hidupmu milikmu. Saya akan sepakat untuk tidak sepakat. Bahwasannya, kamu belum selesai. Dan saya tidak akan melakukan apapun untuk itu.

No comments:

Post a Comment